.jpg)
Dalam penjelasannya, Beliau mengatakan " kejadian kecelakaan yang terjadi pada mobilnya itu, disebabkan oleh tidak menggunakan gearbox pada tucuxi". Masalah pembongkaran yang dilakukan adalah hanya sekedar reparasi dan bukan pembongkaran seperti yang dikatakan oleh Danet sang inventor.
Lanjutnya, beliau memngaku bersalah telah menlanggar, tapi pelanggaran itu bukanlah suatu kejahatan tambahnya lagi. Hujan pertanyaan para awak media yang mengarah pada penggunaan plat nomer dan pembongkaran yang dilakukan oleh Dahlan Iskhan tetap dijawab dengan jawaban yang sama, yaitu beliau melanggar tapi tidak melakukan tindak kejahatan. Mengenai pelat nomer palsu, hanya dijawab sebeagai suatu accessories biasa pada umumnya.
Permasalahan tidak adanya gearbox berulang kali diungkap oleh beliau, sehingga Tucuxi tidak dapat diberhentikan hanya dengan menggunakan rem yang sudah panas. Beliau pun mengatakan, " akan membuat satu atau dua lagi yang menggunakan gearbox" dan akan dibicarakan pembuatannya dalam minggu-minggu ini.
Mengenai pembongkaran, Menteri BUMN mengilustrasikan kepada awak media yang hadir dengan sebuah sepeda motor, "kan wajar bila merasa tidak enak, kita memasukkan motor yang baru itu ke bengkel untuk diperbaiki" ungkapnya.
Ada hal yang menggelitik dalam jumpa pers yang dilakukan oleh Menteri BUMN ynag masih begitu ngotot dan tidak mau disalahkan, karena tidak merasa berbuat kriminal. Jawaban-jawaban yang diberikan mengenai gearbox menjadi fokus sebagai pemutus pertanyaan teknis selanjutnya dari awak media yang hadir. Mengherankan, mestinya Dr. Danet ikut dalam konferensi pers, untuk penjelasan teknis penyebab terjadinya kecelakaan pada invensinya itu.
Kenapa Pak Menteri tidak memohon maaf kepada masyarakat Indonesia atas keslaahan yang tidak sengaja itu? Paling tidak Pak Menteri harusnya memohon maaf dan mengatakan perbuatannya itu tidak patut dicontoh, apalagi seperti mencontohkan dirinya yang rela dan siap dikorbankan demi ilmu pengetahuan, seperti yang diungkapakan dalma jumpa pres itu.
Kesan arogan sangat lekat dengan jawaban-jawaban yang diberikan persis gaya pemimpin masa lampu masih terlihat, meskipun kelihatan tersenyum dan bersahaja. Pak Menteri, kalo memang ingin mengabdikan diri untuk ilmu pengetahuan , kenapa harga jual yang direncanakan itu 1,5 Miliyar? Itu kan bukan pangsa pasar masyarakat Indonesia pada umumnya. Bapak rela berkorban demi siapa? Demia rakyat berduit atau Pencintraan?
Perhitungan teknis rem oleh DR. Danet sepertinya dianggap tidak benar, karena harus direpasi. Hanya beliau lupa, jika seorang memiliki motor baru dan dibongkar atau dilakukan perubahan tanpa sepengetahuan pemegang merk, jaminan akan hilang, tentu jaminan keamanannya pun bukan kesalahan produsen pemegang merk tersebut. Gimana sih Pak Menteri, kenapa tidak menyertakan DR. Danet, bila merasa ada yang tidak stabil di Tucuxi?
Alasan bila Tucuxi dicobanya di lintasan balap sentul, maka tidak akan diketahui kemampuan kerja remnya. Itu salah besar pak Menteri, karena disentul itu kecepatan kendaraan bisa maksimal dan saat itulah pengereman sama dengan saat turunan. Rem akan mengalami penaikan temperatur yang signifikan dengan kecepatan tinggi dilintasan sentul yang memiliki beberapa R (tikungan). Di track lurus depan podium, bahkan bisa digunakan untuk pengujian besarnya daya Tucuxi, kebutuhan energi listrik Tucuxi, selain daya pengereman. Satu lagi, hampir seluruh product otomotif melakukan test drive di sentul sebelum dipasarkan di Indonesia. Wah, bapak ngelawak aja.
Lain dari itu, yang paling aneh adalah jawaban "saya mengaku melakukan pelanggaran, tapi bukan suatu kriminal". Bukankah ini mengajarkan hal lebih buruk dan bisa dijadikan jawaban bagi pengendara nakal dijalan, bagaimana itu? Kenapa sih harus diungkapkan sebagai jawaban seorang Menteri. Maaf pak Dahlan, sekali lagi itu terlihat sombong dan mau menang sendiri.
Untk pelat nomer yang dianggap palsu, bisalah itu dikatakan sebagai accessories Tucuxi, tapi seharusnya jangan dengan inisial Huruf dan Angka yang umumnya digunakan pada pelat nomer pada umumnya. Selain itu, penempatan pelat nomer pun juga sama pak Menteri, yaitu di tempat nomer polisi pada umumnya.
Kesimpulan saya pribadi, ambisi pak Menteri pada Tucuxi bukan untuk masyarakat Indonesia, tapi merupakan ambisi nyentrik pribadi yang mengesankan kritik pada pemerintah yang selama ini tidak aspiratif dengan teknologi hemat energi. Wah, bapak Menteri hebat dan berani, serta peduli dengan teknologi.. Boleh tawar ga pak, jika sudah dijual ? Boleh 50 juta saja ya pak Menteri, tapi yang pakai gearbox ya pak Menteri. (es)
0 komentar:
Posting Komentar - Back to Content