Kalau lihat dari judulnya memang tidak ada yang patut dicontoh, tapi paling tidak perlu juga dipikirkan dinamika yang memang terjadi di negara tercinta Indonesia ini. Coba bayangkan saja dan lihat kenyataan, mana yang lebih enak dan mana yang lebih sengsara hukumannya, koruptor atau penjahat lainnya, bahkan mereka yang hanya mencuri semangka atau sendal.
Korupsi atau Nyolong Sendal nih? |
Setelah membaca beberapa refferensi, tindak korupsi yang terbongkar pada umumnya dimasa pemerintahan SBY. Maaf, ini bukan berarti menuduh pemerintahan SBY itu korup, dan bukan memuji pula bila masa pemerintahan SBY banyak korupsi yang bertekuk lutut meski hanya sebagai lengan gurita koruptor. Patut tidak patut, ya mesti fair unJuk jempol buat bapak SBY. Meskipun sangat disayangkan sebagian pelaku itu para pengikut setia beliau, yang terhormat bapak SBY. Sangat ironis sekali dengan jargon katakan tidak pada korupsi yang tumpah ruah dikala masa kampanye.
Saya bingung ketika melihat berita di televisi, hanya karena memotong sebilah bambu yang menimpa rumah dan mengahalangi jalan harus menghadapi sangsi pidana 5 tahun penjara, kemana dan bagaimana cara berpikir mereka itu. Si pelapor apa ya tidak punya hati nurani atau akan mendapat keuntungan telah melaporkan dan menjebloskan si pemotong bambu yang tidak berniat mencuri sedikit pun. Bahkan, jika dipikir-pikir si pemotong bambu ini sudah melakukan hal yang benar, karena telah membersihkan dan membuat bambu yang melintang ditengah jalan tidak menghambat aktifitas penduduk disekitarnya. Herannya, kenapa tidak ada orang yang mengerti hukum disana untuk balik menuntut, akibat bambu yang menimpa rumahnya dan mengganggu lalu lintas jalan itu. Mungkin si pemilik yang berhati batu dan berkepala kosong itu akan berpikir dua kali jika pemotong dibantu oleh mereka yang mengerti hukum, tapi kenapa tidak ada? Itu pertanyaannya.
Di tangerang, Prita hanya sekedar curhat dan itu biasa sebagai kaum perempuan dianggap pencemaran nama baik dan dibuat bulan-bulanan, bahkan sempat mendekam di sel tahan dan terpisah dari anaknya yang masih kecil, akibat tuntutan pencemaran nama baik rumah sakit Omni. Lainnya lagi, hanya gara-gara sendal, seorang bocah harus berurusan dengan polisi, yang kebetulan si empunya sendal adalah seorang polisi. Ada lagi seorang kakek yang mengambil beberapa buah coklat jatuhan , juga harus berurusan dengan polisi. Kasihan mereka, memang secara hukum tertulis mereka telah berbuat salah, tapi apakah hukum tidak ada hati nurani?
Sekarang kita lihat, mereka pelaku tindak pidana koruptor yang sedang berhadapan dengan kasusnya, semua tenang-tenang, tersenyum dan melambai-lambaikan tangan di depan wartawan. Mereka seperti menunjukkan dirinya tidak bersalah, kadang ditambah atribut menyebut-nyebut nama Tuhan, menangis atau bahkan balik menuding bahwa ini hanya fitnah. Mereka berjalaln tidak diborgol atau dibelenggu layaknya penjahat, mereka jalan melenggang dengan pengawalan ektra ketat dan mereka semua tampil dengan muka ceria dan ber make up. Itulah wajah koruptor yang begitu menikmati, begitu siap dan tidak tahu malu saat tersenyum, melambai-lambaikan tangan dan menyebut nama Tuhan. Belum lagi jika melihat jumlah para pembela yang begitu banyak bagi sang koruptor, mereka sigap dan cekatan membela si koruptor busuk dengan dalih mereka juga punya hak, meski mereka si koruptor tidak memikirkan hak orang lain.
Mana yang akan dipilih oleh generasi berikutnya , bila contoh ini terus menerus dipertontonkan oleh mereka yang harusnya dituakan dan dicontoh? Apa yang harus kami perbuat, jika ujung-ujungnya hanya omong kosong yang dicontohkan oleh mereka yang merasa tua dan dituakan itu? Bagaimana kami generasi berikutnya melangkah dengan bersih, jika yang kami makan itu kotor?
Salahkan kami generasi berikutnya , bila memilih jadi koruptor, jika melihat kejadian yang selalu dipertontonkan oleh mereka yang ada disana dan dituakan itu? Siapa yang salah kalau koruptor baru dan muda-muda selalu lahir, serta muncul?
Laten korupsi memang benar-benar sadis dan jelas memang dibentuk, entah siapa inventor dari laten korupsi di Indoneisa ini. Seharusnya Inventor laten koruptor ini diberi penghargaan istimewa, karena berhasil membuat Indonesia menjadi negara yang koruptornya tidak putus-putus.
Jujur saja, bila tidak ada dosa, banyak generasi muda yang akan memilih jadi koruptor, karena tertangkapun tidak begitu bermasalah dan setelah keluar masih punya simpanan hasil korupsi, hidaup tenang dan masih dihormati jika sering-sering mnyumbang atau dermawan dengan sisa uang korupsinya. Jadi intinya, lebih baik jangan tangung-tanggung kalau berbuat, cari yang lebih menguntungkan dan tentu jawabannya adalah menjadi koruptor lebih menjanjikan di Indonesia ini, sebelum KPK sekuat Tyson dimasa jayanya dan era pemerintahan baru yang benci korupsi.itu muncul.
0 komentar:
Posting Komentar - Back to Content