Siapapun pasti pernah mendengar tentang Kama Sutra dari India, bukan? Kama Sutra merupakan turunan dari bahasa Sanskrit yang berarti seni bercinta, ditulis secara indah oleh Vatsyayana. Konon, Kama Sutra ini pertama kali disebarkan oleh Nandi, seekor sapi keramat penjaga dari Dewa Shiva saat ia mencuri dengar Shiva ketika sedang berhubungan seksual dengan istrinya Parvati.
Saya yang memang sangat tertarik dengan keindahan budaya India sangat penasaran dengan Kama Sutra ini. Dulu saya memang pernah mendengar adanya kuil Kama Sutra di India, tapi memang tidak terpikir akan mencarinya. Dari pencarian melalui internet, saya menemukan bahwa relief Kama Sutra bisa ditemukan di dua tempat di India, yaitu di kuil Khajuraho, Madhya Pradesh dan Konark di Orissa. Saya memutuskan mengunjungi Khajuraho dulu, karena Orissa relatif lebih dekat dari Mumbai jadi bisa saya kunjungi kapan pun.
Dimulailah “perjalanan cinta” saya mengunjungi kuil Khajuraho ini. Untuk menuju Khajuraho, saya naik kereta ekspres dari Mumbai. Kebetulan saya pergi saat musim dingin, menjelang natal dan memang di bulan Desember, India daerah utara memang sangat ekstrim dinginnya, hingga empat sampai lima derajat Celcius di pagi dan malam hari. Walau namanya ekspres, tetap saya perjalanan kereta sekitar 26 jam. Keretanya lumayan nyaman, dengan biaya sekitar 1000 rupee (sekitar Rp176.000). Kompartemen 2-tier sleeper class memang pilihan terbaik mengingat perjalanan yang cukup panjang. Jhansi adalah stasiun terakhir dari perjalanan kereta saya. Sebuah mobil lalu menjemput saya untuk diantar ke Khajuraho. Saya yang tadinya sudah sangat lelah kembali segar bugar saat menikmati perjalanan berpemandangan indah sepanjang jalur Jhansi-Khajuraho yang memakan waktu 3 jam. Di kiri dan kanan jalan terbentang persawahan, di sana-sini terdapat kuil-kuil kecil kuno. Terasa seperti kembali ke masa lalu.
Kuil Lakshmana.
Khajuraho ternyata adalah sebuah kota kecil di distrik Chattarpur, Madhya Pradesh. Kota ini memiliki sekitar 85 kuil, walau hanya 25 yang terpelihara. Pagi itu begitu cerah saat kami memasuki kota ini. Hotel bintang tiga yang kami pesan memang terletak di sekitar kuil Khajuraho yang akan kami kunjungi. Di sekitar kompleks ini banyak sekali hotel bintang tiga dan guesthouse dengan tarif 500-1000 rupee/malam. Untuk memasuki kawasan monument kuil Khajuraho, turis asing membayar 250 rupee yang merupakan harga standar setiap UNESCO Heritage Site di India, sedangkan penduduk lokal hanya membayar 10 rupee.
Seni yang mengagumkan, itu adalah kata pertama yang muncul di benak saya pertama kali melihatnya. Saya sudah melihatnya beberapa kali di internet, tapi melihat kuil ini secara nyata memang luar biasa. Nama Khajuraho berasal dari kata “Kharjuravahaka“, yang berarti “seseorang yang membawa kurma”. Namun demikian, seseorang yang lama tinggal di India pasti tahu “khaju” yang artinya cashew atau kacang mete/biji jambu monyet. Konon, awalnya dinamakan demikian karena saat itu di kompleks monumen ini banyak barisan pohon khaju. Kompleks monumen khajuraho terbagi wilayahnya menjadi barat, timur dan selatan. Dari semuanya, barat adalah yang paling utama. Keseluruhan kuil di kompleks monumen Khajuraho memiliki kesatuan desain yang mendasar. Kuil-kuil ini umumnya terbuat dari sandstones yang berasal dari Panna atau Sungai Ken yang direkatkan satu sama lain dengan memakai konsep mortise dan tenon joint. Beberapa kuil seperti Brahma dan Lalguan-Mahadeva terbuat dari granit.
Kejayaan kultur dinasti Chandella yang memerintah India sekitar abad 9-13 SM terurai dengan adanya keberadaan kuil Khajuraho ini, saat ia “ditemukan” kembali oleh arsitek Inggris bernama T.S. Burt di tahun 1838.
Berpose di salah satu kuil.
Kuil-kuil di Khajuraho memiliki konsep pahatan erotis yang sangat indah dan detil. Kuil-kuil ini sendiri kebanyakan didedikasikan ke dewa Shiva, Vaishnava dan Jaina. Keseluruhan ruang di dalam kuil terhubungkan secara eksternal dan internal, sebagai satu aksis dari timur ke barat, sehingga merupakan konsep ruang yang terstruktur. Elemen utama tiap kuil adalah “ardha-mandapa” (pintu masuk), “mandapa” (hall), “antrala” (pintu masuk tempat pemujaan), dan “garbha griha” (tempat pemujaan). Atap-atap kuil Khajuraho sangat tinggi dan berundak-undak berbentuk piramida. Interior di dalam kuil memperlihatkan detil dekorarif yang sangat luar biasa, dari mulai pilar, dinding, lantai, hingga plafon. Motif gemotris dan bunga banyak dipakai di sini dan menunjukan tingkat keahlian pahat yang tinggi.
Pahatan-pahatan relief di kompleks monumen ini bisa terbagi menjadi lima bagian secara umum, Pertama adalah pahatan dewa-dewa, kedua adalah keluarga dari dewa-dewa ini, ketiga adalah dewi-dewi yang biasanya memakai pakaian dan perhiasan yang indah dalam berbagai pose sedang menari, keempat tentang hal-hal umum seperti guru, penari, dan beberapa pasangan yang sedang bercinta, dan kelima adalah hewan-hewan dalam mitos agama Hindu termasuk Vyala, suatu monster berwujud singa.
Detil pahatan.
Pahatan erotis di Khajuraho memang membuat kita sulit melepaskan diri dari pandangan. Struktur ini membawa kita ke interpretasi yang berbeda-beda. Beberapa merasa bahwa ini adalah suatu kemunduran moral, sedangkan yang lain menghargainya sebagai ilustrasi dari seluruh postur erotis dari kitab kuno Kama Sutra. Seluruh posisi bercinta ada di sini, dengan satu atau lebih pasangan, bahkan dengan binatang (baca: kuda). Saya kaget mendengar ini, pemandu saya justru bilang itu wajar karena kalau raja berperang, dia akan terpisah dari istrinya selama berbulan-bulan. Jadi tidak ada ratu, kuda pun jadi.
Pahatan ini juga menunjukan adanya seni bercinta di saat zaman India kuno yang sarat dengan penggabungan ritual simbolik, yoga (latihan spiritual), bhoga (kenikmatan fisik), hingga tercapai kepuasan yang hakiki. Sangat bisa dimengerti bahwa saat itu mereka tidak tabu terhadap seks, sehingga cukup bebas mengeksplornya, mengingat Kama atau kenikmatan seksual adalah satu dari empat tujuan hidup sesuai kitab kuno.
Kandariya-Mahadeva adalah kuil terbesar yang cukup menyolok keberadaannya di kompleks kuil di barat ini dan merupakan kuil yang memiliki keseluruhan konsep elemen utama. Dengan tinggi sekitar 30 meter dengan desain yang simetris dan proporsional, kuil ini sangat indah. Pahatan di kuil ini tampak lebih tinggi dan langsing, namun konturnya lebih halus. Di dalam kuil Varaha, bisa ditemui struktur Varaha yang merupakan salah satu dari bentuk inkarnasi dewa Vishnu. Menariknya, menurut mitos, Vishnu menyelamatkan bumi dari banjir dengan meletakkannya di atas moncongnya. Sebaliknya, struktur Nandi setinggi 1,8 meter bisa ditemui di dalam kuil Visvanatha. Nandi merupakan kendaraan dari Dewa Shiva. Chitragupta adalah satu-satunya kuil di kompleks ini yang didedikasikan untuk Surya, dewa matahari. Beberapa reliefnya memperlihatkan aksi gajah sedang berperang atau aktivitas berburu lainnya. Totalnya ada 11 kuil dalam kompleks bagian barat. Tidak ada tradisi tertentu, hanya tiap hendak memasuki kuil harus melepas alas kaki dan dilarang mengabdikan foto dari Vyala. Jangan kaget bila kadang turis lokal ingin mengajak berfoto bersama, hal ini biasa terjadi di India.
Kuil Jain.
Di kompleks bagian timur terdapat tiga kuil Brahma dan tiga kuil Jain, sedangkan bagian selatan memiliki dua kuil, bisa dicapai dengan sepeda atau mobil dalam waktu 20 menit dari kompleks kuil bagian barat. Kuil-kuil di kompleks timur dan selatan ini lebih sederhana desain pahatannya. Walau disebut kuil Brahma, kuil-kuil ini ternyata didedikasikan untuk Dewa Vishnu. Yang menarik waktu saya melihat pahatan di kuil Chaturbuja yang justru menunjukan hubungan monogami dewa dengan dewi pasangannya, seperti Shiva dengan Parvati atau Vishnu dengan Lakshmi. Chaturbuja di bagian selatan adalah satu-satunya kuil tanpa pahatan erotis di Khajuraho.
Puas menjelajah kompleks monumen Khajuraho, kita bisa menikmati jajanan sekitar kompleks. Di tempat ini banyak restoran lokal dengan harga sangat murah dan enak, beberapa yang saya coba adalah Raja’s Café, Bamboori Treat dan Paradise yang juga direkomendasikan di banyak situs. Restoran-restoran ini beberapa memiliki view ke arah monumen, jadi bisa dibayangkan anda sedang makan malam sambil menatap kuil Khajuraho di bawah sinar lampu di kejauhan. Khajuraho juga memiliki acara light and sound yang diselenggarakan tiap malam di kompleks kuil. Bisa dicoba tapi disarankan jangan lupa memakai lotion anti-nyamuk! Untuk belanja oleh-oleh, toko kerajinan tangan tersebar di sini, namun harus pandai menawar memang. Saya membeli oleh-oleh gantungan kunci bergambar pahatan erotis untuk teman-teman.
Perjalanan saya pun berakhir setelah menghabiskan tiga hari di Khajuraho. Amatlah benar bila tempat ini termasuk dalam buku “1000 Places You Must Visit Before You Die“. Seluruh kata-kata yang saya tulis di atas ini rasanya tidak pernah cukup untuk merangkum keindahannya. Simply beautiful, that’s it!
0 komentar:
Posting Komentar - Back to Content