Pagi ini saya baca artikel, menarik sekali. Pendapat yang ditulis masing-masing sangat bervariasi atas dasar pemikiran dan kebenaran masing-masing penulisnya. Ada artikel yang sebenarnya kebablasan, jauh judul dari isi tulisannya pada tulisan yang judulnya sangat provokatif, yaitu:" Mengapa Kader Partai Demokrat Banyak Korupsi?
Pada satu sisi kata "Mengapa" pada judulnya seperti suatu kebingungan dan pertanyaan, serta ketidaktahuan perihal permasalahan korupsi yang dilakukan oleh kader Partai Demokrat, disisi lain jelas sekali menuding kader partai demokrat banyak koruptor. Secara tidak langsung sama saja dengan menunjuk, bahwa partai demokrat banyak koruptornya.Tulisan ini sangat berani, bahkan mengarah nekat dengan menyebutkan institusi tanpa refferensi yang jelas.
Tujuan dari tulisan itu sebenarnya baik untuk mengingatkan partai Demokrat, cuma jeleknya bisa salah arti dan terkesan ada penekanan "kader partai demokrat koruptor". Bagaimana jadinya, bila kader PD yang tidak terlibat korupsi membaca ini? Inilah politik Indoneisa yang kadang-kadang membingungkan, bisa jadi yang menulis itu bukan lawan tapi kawan, atau bahkan lawan yang sudah berlumut ingin menjatuhkan.
Arti kata "banyak" pada judul itu menandakan bahwa pelaku korupsi sudah tidak bisa dihitung dengan jari. Arti kata " banyak " sumber refferensinya darimana? Hebat, berani sekali penulis itu. Ditulisan tersebut terbetik, bahwa kata "banyak" dengan penjelasan penulis yang menerangkan banyak kader PD itu masih baru didunia politik. Penulis membandingkan dengan partai lain yang kadernya berusia tua ditulisannya. Padahal banyak kader partai lain yang berusia tua telah masuk penjara akibat korupsi.
Kata "banyak" seakan-akan kader PD kerap dan terus melakukan korupsi dengan aji mumpung yang dimilikinya saat ini.Disini penulis tersebut mengesampingkan, jika penangkapan dan penjeblosan mereka para pelaku korupsi dari partai lain terjadi di periode pemerintahan SBY, yang nota bene adalah PD. Jaman sebelum itu adem ayem, mlempem kaya apem. Ditulisan itu memang ada perbandingan pelaku ditiap era mayoritas pemenang pemilu, tapi tidak diulas era mana yang banyak menjerat para koruptor, ujuk-ujuk kader partai demokrat diangkat sebagai kader korup, hanya karena segelintir oknum dari PD.
Tulisan ini bukan menyetujui mereka yang melakukan koruptor, hanya sedikit geli saja jika kebablasan dan serampangan dalam menuliskan sesuatu yang dianggap pikirannya benar. Lebih baik tulis nama, tembak langsung oknum itu biar kapok dan membuat efek jera untuk lainnya yang belum terjerat KPK.
Terakhir kelihatan sekali di kata-kata " kader partai demokrat koruptor?" disiini jelas bahwa penulis tersebut adalah pendukung fanatik salah satu partai yang babat kiri babat kanan untuk pre campaign. Kalau tidak ada tujuan itu seharusnya oknum koruptor diperjelas dan baru mencantumkan PD nya. Bukan oknum disimpan, PD ditulis besar-besar. Terkesan bukan menulis untuk mempromosikan anti korupsi, tapi kental dengan unsur politis yang berniat menjatuhkan nama baik PD.
Herannya tulisan model begitu tidak ada filter dan dengan bebasnya melenggang untuk dibaca oleh beragam pola pikir pembacanya. Apakah demikian bebasnya berpendapat, sehingga semau-maunya?
Maaf jika ada yang tidak suka dengan tulisan ini, saya hanya menulis apa yang terjadi saat ini dan bukan karangan. Saya sangat tidak suka dengan aktifitas koruptor, tapi juga tidak mempluralisasikan institusi sebagai yang bersalah. Lebih baik langusng pada sasaran oknum pelaku koruptor tersebut.
Upps, Atau mungkin mereka berkoloni menaikan pamor dengan berita yang mendiskreditkan dan mencela, terus ujung-ujung dapat simpati... Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.
0 komentar:
Posting Komentar - Back to Content