Siang kemarin tanggal 22 November 2012 saya mampir di tukang sop buah yang sehari-hari mangkal di ujung jalan disekitar kentingan yang berhadapan dengan kampus UNS. Disela-sela menikmati sop buah saya coba iseng tanya masalah pedagang kaki lima yang direlokasi oleh pemerintah kota Solo dan sosok Jokowi yang sedang naik daun langsung dari pedagang sop buah itu.
Ko bapak ga direlokasi?
Kebetulan tempat berjualan saya ini tidak mengganggu lalu lintas, tidak berada ditrotoar jalan, tidak berada dijalur hijau., Jadi saya diperbolehkan jualan dilokasi ini. Kalau didepan (maksudnya diseberang jalan) kena semua mba. Mereka sudah lihat tempat ini, kan dibelakang ada pasar relokasi pedagang kaki lima. Jadi tempat ini sering didatangi oleh mereka (aparat pemerintah) termasuk pak Jokowi sendiri.
Yang direlokasi itu gratis atau bayar pak?
Gratis, coba tanya langsung aja kan deket dengan kosan. Semua yang ada disitu gratis, disitu ada pedagang nasi yang biasa mangkal dijalan sampai tukang las pinggir jalan juga ada.
Bapak tahu ga proses pemindahan pedagang kaki lima di Solo ini?
Tahu, terutama pedagang kaki lima disekitar jalan ketingan ini. Dulu sebelum direlokasi mereka didata dan dikumpulkan, ga pake ribut seperti tempat lain mba. Malah pak Jokowi sendiri yang datang didaerah ini. Pedagang kaki lima yang ada di daerah hijau dan trotoar semua dipindahkan kalau didaerah sini (ketingan) ke pasar dibelakang itu. Kalau tempat lain saya kurang tahu, jadi cuma didaerah ketingan ini saja yang bisa saya jelaskan mba.
Apa yang membuat para pedagang mau direlokasi oleh pemerintah kota Solo?
Kalo menurut saya pak Jokowinya itu yang membuat pedagang mau dipindahkan, tidak ribut atau demonstrasi mba.
Maksudnya gimana pak?
Petugas yang datang tidak seperti di Jakarta mba, mereka memberi tahu jauh hari sebelum direlokasi. Termasuk saya waktu itu dikumpulkan dan diberi penjelasan oleh pihak pemerintah Solo, kebetulan pak Jokowi sendiri yang memberi penjelasan mengenai alasan relokasi para pedagang kaki lima. Pokoknya mereka datang dengan baik-baik dan tidak dengan kekerasan, makanya para pedagang menerima keputusan relokasi tanpa ribut. Meskipun ada sebagian yang protes, karena daerah relokasinya kurang laku, tapi ga sampai adu otot mba.
Kenapa petugasnya yang datang tidak seperti di Jakarta pak?
Saya kan sering lihat di televisi mba, sering terjadi adu otot antara petugas trantib dan pedagang. Disini ga gitu, beda sekali, petugas yang datang tidak mengobrak-abrik pedagang, mereka datang baik-baik mba. Kalo pedagang kaki lima di Solo tidak bayar ke petugas itu mba. Mungkin di Jakarta, mereka para pedagang bayar tempat. Saya kurang tahu juga pastinya, disini pun akan terjadi hal yang sama bila bayar tempat terus digusur. Tapi karena di Solo tidak ada yah mereka mudah dipindahkan dan tidak ada kekerasan mba.
Jadi menurut bapak pedagang yang ribut dengan petugas itu disebabkan mereka sudah bayar tapi digusur begitu ?
Iya, pastinya pedagang merasa dirugikan dong dan pasti melawan. Apalagi seperti ditelevisi, petugas langsung mengangkut dan membawa barang dagangan mereka, pastilah terjadi keributan. Saya bersyukur jadi orang kecil di Solo ini, tapi hidup tenang dan ga ada preman-premanan seperti di Jakarta.
Kira-kira bisa ga apa yang sudah dilakukan pak Jokowi disini dilakukan juga di Jakarta?
Kemungkinan bisa, tapi berat mba. Di Jakarta beda dengan di Solo yang ga ada preman dan pungutan liar oleh oknum petugas. Pasti mereka yang biasa dapat rejeki dari pedagang yang menghalangi program relokasi. Tapi saya yakin pak Jokowi bisa mengatasi itu, tapi butuh waktu lah mba dan jangan samain di Solo ini.
Kalau masalah banjir bagaimana pak, apakah pak Jokowi mampu mengatasi permasalahan banjir di Jakarta, di Solo kan tidak ada banjir?
Bisalah mba, kalau penduduknya mau dipindahkan seperti di Solo ini. Di Solo juga ada banjir terutama didaerah bantaran kali, mereka direlokasi ke perumahan yang disediakan oleh pemerintah kota Solo waktu itu. Apalagi relokasinya itu gratis seperti di Solo, pasti bisa mba.
Oh begitu ya pak, maaf sebelumnya dengan pertanyaan saya agak nyeleneh dikit, jangan tersinggung ya pak?
Silahkan mba, ga apa-apa tanya aja, kalau bisa dijawab ya dijawab kalau ga bisa ya saya ga jawab.
Menurut bapak, Pak Jokowi itu korupsi atau tidak?
Kalau menurut saya tidak mba, coba lihat saja pak Jokowi badannya kurus begitu. Kemana-mana tidak dikawal ketat di Solo, malah sering naik becak lihat-lihat ke kampung-kampung sendirian, kalau korupsi mana berani jalan sendiri dan tidak dikawal. Kan kalau orang berbuat salah bawaannya takut saja mba. Satu lagi, saya tidak pernah lihat pak Jokowi pake mobil mewah di Solo, seringnya naik mobil dinas, becak dan jalan kaki mba.
Oh gitu ya pak, pak Jokowi kurus karena sering naik becak dan jalan kaki?
Ha ha ha, tidak juga mba, tapi yang pasti pak Jokowi itu pekerja keras dan mau turun langsung. Jadi mungkin cape dan lupa dengan dirinya sendiri, jangan salah kalau pak Jokowi kedaerah ketingan sini sering makan siang di pasar tempat relokasi pedagang itu, berarti wajar saja kalau kurus.
Satu lagi pak, apa kesan bapak terhadap Jokowi saat jadi walikota Solo?
Pak Jokowi itu tidak sombong, tidak pernah minteri kalau bicara, tidak pernah menunjuk-nunjuk (maksudnya menggunakan jari telunjuk) saat bicara, biasanya pak Jokowi memegang kedua tangannya saat bicara dengan siapa pun termasuk saat berbicara dengan orang seperti saya ini. Pak Jokowi merakyat sekali mba, kita merasa kehilangan ketika pak Jokowi harus menjadi gubernur DKI Jakarta. Mudah-mudahan pak Jokowi mampu bekerja dengan baik di Jakarta, seperti waktu di Solo. Semoga Tuhan melindungi pak Jokowi.
Terima kasih pak, semoga dagang sop buahnya laku keras?
Sama-sama mba
Begitulah tanya jawab iseng saya dengan tukang sop buah, paling tidak sosok Jokowi yang saat ini jadi buah bibir di Jakarta sedikit banyaknya bukan sekedar hisapan jempol bagi penjual sop buah didearah Kentingan Solo ini. Penjual Sop buah ini kelihatan sangat mencintai sosok Jokowi ketika jadi walikota Solo, meskipun berbeda agama dan kepercayaan.
Dipercaya atau tidak, ini cuma tanya jawab iseng dengan tukang sop buah yang sehari-hari mangkal diujung jalan (gang) seberang kampus UNS didearah Kentingan Solo. Mungkin beda apabila tanya jawab dilakukan dengan Rektor atau orang-orang top lainnya di Solo.
0 komentar:
Posting Komentar - Back to Content