Benda yang satu ini sudah tidak asing lagi, pasti disetiap rumah memilikinya. Dari anak-anak hingga orang dewasa selalu menggunakan benda yang bernama cermin. Cermin biasa digunakan untuk melihat apakah sudah benar, rapi dan cantik (bercermin). Kadang-kadang benda yang memiliki kesamaan funggsi dan bisa memantulkan bayangan tak luput dari gaya atau pun style para penggunannya.
Cermin berbeda dengan bercermin, meskipun cermin adalah objek utama dalam bercermin. Sedangkan bercermin bisa dilakukan tanpa cermin, misalkan seorang ibu yang menasihati anaknya,” nak, bercerminlah siapa kamu?” Atau kalimat yang umum, seperti ,” mari kita bercermin, agar kita bisa melihat dan memperbaiki diri untuk masa depan yang lebih baik.” Untuk bercermin yang demikian itu tidak perlu menggunakan cermin sungguhan sebagai alat, melainkan sebagai suatu kerja dan fungsi cermin itu sendiri yang memperlihatkan apa yang dipantulkan.
Cermin banyak dijumpai sebagai alat bantu untuk mengingatkan, misalnya di sekolah-sekolah. Cermin di sekolah ini fungsinya bukan hanya untuk melihat apakah pakaian, penampilan atau rambut sudah terlihat rapi, tapi sebenarrnya lebih dari sekedar itu. Mungkin tidak disadari jika cermin bukan sekedar memantulkan wajah dan penampilan luarnya saja. Seperti anak sekolah yang saat bercermin, cermin akan mengatakan, “apakah PR mu sudah selesai? Apakah kamu sudah siap jika ada ulangan mendadak? Apakah kamu sudah dan sudah..? Intinya cermin bukan cuma sekedar menampilkan apa yang dipantulkan, tapi juga member i pantulan yang memberi peringatan. Contoh, kaca spion motor atau mobil.
Orang yang suka bercermin umumnya kelihatan bersih, rapi dan elok, jika dilihat secara fisik oleh orang lain. Pria atau wanita pasti menggunakan cermin disaat-saat tertentu untuk sekedar berdandan atau melihat dirinya didalam cermin. Namun tidak jarang mereka yang menggunakan cermin hanya melihat bayangan itu sebagai hal kosong dan palsu bukan seperti aslinya. Padahal, meskipun hanya bayangan dalam cermin, sesungguhnya bayangan itu sama betul dengan orang yang bercermin. Tidak mungkin kaki yang nampak, ketika bercermin untuk merapikan dasi atau rambut. Pasti yang ada didalam cermin itu sama.
Apa hubungan cermin dengan koruptor? Jawabannya tidak ada hubungannya, tapi yang pasti koruptor juga manusia. Tentunya tahu dan biasa menggunakan cermin. Apa ada bedanya antara koruptor dengan yang bukan koruptor dalam menggunakan cermin? Jawabannya juga tidak ada bedanya. Koruptor hanya melihat cermin sebagai alat saja, bila perlu dan butuh maka digunakan, bila pecah tinggal ganti yang baru. Untuk yang bukan pelaku korupsi, mereka bukan sekedar bercermin secara fisik, tapi makna dari cermin pasti dipahaminya.
Berarti koruptor menggunakan cermin sekedarnya saja, selintas dan sekelebatan saja, meskipun para koruptor wanita bisa berjam-jam didepannya. Jika koruptor mengerti makna dari bercermin, kemungkinan besar tidak akan melakukan tindakan korupsi. Siapa pun yang akan melakukan tindakan kourpsi akan berpikir dan sadar saat bercermin, bukan semakin bercermin semakin menjadi pada tindakan korupnya. Padahal bercermin bukan hanya berarti menggunakan cermin, bisa jadi bercermin dari agama, bercermin dari latar belakang, bercermin dari lingkungan, dan lain sebagainya membuat mereka yang mau korupsi berpikir ulang dan membatalkan niat korupnya. Pada kenyataannya tidak ada koruptor yang berani bercermin dengan baik dan benar.
Koruptor sesungguhnya adalah manusia berantakan yang tidak pernah bercermin, baik itu pria atau wanita. Mereka hidup jorok dengan kebiasaanya menutupi hidupnya dan keluarganya dengan sampah berbau busuk, meskipun mereka terlihat hidup mewah, gagah, cantik dan molek, bermobil mewah, berstatus social kelas atas, Cermin hanya sebagai pelengkap saat berdandan, tapi tidak digunakan untuk bercermin bagi dirinya saat melakukan tindakan korupsi.
Bila mereka sang koruptor bercermin, maka mereka akan melihat darah yang mengalir didirinya itu darah korup, pekerjaan yang dilakoninya korup atau lainnya, sehingga koruptor bisa langsung gantung diri dari pada ketahuan orang lain. Itulah yang membuat para koruptor memusuhi cermin, karena mereka takut bayangan dicermin bertanya dan menuntut banyak hal terhadap dirinya untuk kembali kejalan yang seharusnya, yaitu jalan yang benar. Hati-hatilah bagi orang yang takut bercermin, karena kemungkinan ada bibit korup yang sudah mengalir didalam diri secara tidak sadar. Bibit korup sudah terbentuk bila pernah menikmati hasil korupsi orang lain, melakukan tindakan korupsi kecil-kecilan, nyatut, membeli pekerjaan atau lain sebagainya. Kasihan si Cermin jadi musuh sang koruptor !!
Jangan sampai bangsa Indonesia yang terkenal mencerminkan bangsa yang berbudaya, bangsa yang rakyatnya ramah menjadi jadi bangsa yang mencerminkan KORUPTOR ada dimana-mana, hanya karena ulah para koruptor yang tidak pernah bercermin.
0 komentar:
Posting Komentar - Back to Content